9 Fakta Gaza: Update Korban-Hamas Bom Gudang Nuklir Israel

Jakarta, CNBC Indonesia – Perang masih terjadi di Gaza, Palestina. Sejumlah fakta baru bahkan muncul.

Angka korban tewas misalnya, terus naik hingga hampir menyentuh 16.000. Israel disebut memperluas serangan, tak hanya ke Gaza Utara tapi juga Gaza Selatan.

Ancaman perang menyebar juga terjadi dengan intensifnya tentara Israel membombardir Lebanon. Tersebar juga laporan bahwa Hamas membombardir penyimpanan nuklir Israel.

Berikut fakta terbaru Selasa (5/12/2023), sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia dari sejumlah sumber:

Israel Gempur Gaza Selatan

Militer Israel disebut memperluas operasi daratnya lebih jauh ke selatan Gaza. Media Inggris, The Guardian, melaporkan puluhan tank Israel, pengangkut personel lapis baja, dan buldoser memasuki Jalur Gaza dekat Khan Younis.

“Kendaraan militer Israel berada di bagian selatan jalan utama utara-selatan di Gaza,” kata saksi mata.

“Israel menembakkan peluru dan peluru tank ke mobil dan orang-orang yang mencoba melewati daerah tersebut,” tambahnya.

Militer Israel bahkan mengeluarkan perintah baru kepada warga Palestina di sekitar 20 wilayah tengah Gaza untuk bergerak lebih jauh ke selatan. Bahkan mereka memasang peta secara online.

Data Baru Korban Tewas

Jumlah warga sipil yang tewas di Gaza terus melonjak. Dalam data terbaru, dikutip Anadolu, angkanya hampir mencapai 16.000 tepatnya 15.899 orang.

“Lebih dari 42.000 orang lainnya terluka dalam serangan itu,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra pada konferensi pers.

“Sebanyak 70% korban agresi Israel di Gaza adalah perempuan dan anak-anak,” ujarnya.

Israel juga menghancurkan 56 pusat kesehatan di Gaza. Sebanyak 35 staf medis juga ditangkap.

“Kami menyerukan perlindungan terhadap rumah sakit, staf medis dan kemanusiaan, dan untuk mengamankan koridor aman yang memungkinkan masuknya pasokan medis dan bahan bakar, serta untuk pemindahan orang-orang yang terluka (ke luar Gaza untuk perawatan medis),” tambah al- kata Qudra.

PBB Warning Gaza

Seorang pejabat PBB memperingatkan akan”skenario yang lebih mengerikan” bakal terjadi di Gaza. Serangan terbaru Israel yang membabi-buta akan menghentikan bantuan kemanusiaan di wilayah itu.

“Tidak ada kondisi yang diperlukan untuk mengirimkan bantuan kepada rakyat Gaza,” kata Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Palestina, Lynn Hastings, mengutip AFP.

“Sejak berakhirnya gencatan senjata selama tujuh hari, pasukan Israel telah mendesak ke Gaza selatan, memaksa puluhan ribu orang … mengungsi ke ruang yang semakin padat… putus asa untuk mencari makanan, air, tempat berlindung dan keamanan,” jelasnya Hastings.

“Tidak ada tempat yang aman di Gaza dan tidak ada tempat lagi untuk dituju.”

Tentara Israel Minta WHO Kosongkan Gudang Bantuan Gaza

Tentara Israel disebut meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengosongkan gudang bantuan di Gaza selatan. Ini wajib dilakukan dalam waktu 24 jam sebelum operasi darat di daerah tersebut.

Hal ini dikatakan Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus Senin. di media sosial X. Menurutnya lembaga PBB itu menerima pemberitahuan resmi dari pasukan Israel, IDF.

“Hari ini, WHO menerima pemberitahuan dari Pasukan Pertahanan Israel bahwa kami harus memindahkan pasokan kami dari gudang medis kami di Gaza selatan dalam waktu 24 jam, karena operasi darat akan membuatnya tidak dapat digunakan…,” jelasnya.

“Kami mengajukan banding kepada Israel untuk mencabut perintah tersebut, dan mengambil segala tindakan yang mungkin untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan fasilitas kemanusiaan.”

Dalam pernyataan berbeda, Israel berdalih tidak meminta WHO mengevakuasi gudang. Alasan tertulis lain dilaporkan sudan dikatakan ke perwakilan terkait.

Erdogan Ramal Netanyahu

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperkirakan bahwa Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu akan menghadapi tuntutan kejahatan perang. Ia akan menjadi terdakwa di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas serangan negaranya di Gaza, Palestina.

Hal ini ditegaskan pemimpin 69 tahun itu, Senin waktu setempat, di sela-sela kemunculannya di publik. Ia pun mengutuk Barat, yang selama ini memberi dukungan disebutnya “mendukung Israel membunuh bayi-bayi Gaza”.

“Selain menjadi penjahat perang, Netanyahu- yang saat ini menjadi penjagal Gaza- akan diadili sebagai penjagal Gaza, sama seperti Milosevic yang diadili,” kata Erdogan, merujuk pada mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic, yang menghadapi persidangan genosida dan kejahatan perang tahun 2002 sampai kematiannya di tahun 2006, dikutip Reuters dan RT News.

“Mereka yang mencoba mengabaikan kematian orang-orang tak berdosa dengan menggunakan alasan Hamas, tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan kepada umat manusia,” ujarnya.

Ia pun mengatakan Barat saat ini “buta dan tuli”. Menurutnya terlihat jelas Barat memberikan dukungan tanpa syarat untuk membunuh anak-anak Gaza.

Ia mengatakan pihaknya akan terus berkolaborasi dengan negara-negara Islam, OKI, dan Liga Arab. Ditegaskannya diskusi tak akan selesai hingga pertempuran di wilayah kantong tersebut berakhir.

“Kita harus benar-benar mengevaluasi Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Pengadilan Kriminal Internasional dalam kerangka ini,” ujarnya.

Menurutnya Dewan Keamanan PBB dan lima anggota tetapnya- Amerika Serikat (AS), Rusia, China, Inggris, dan Prancis – tidak mewakili seluruh dunia. Ia berujar bahwa “usaha tulus” Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah “disabotase” oleh anggota Dewan Keamanan.

“Struktur seperti itu tidak mungkin membawa perdamaian atau harapan bagi umat manusia,” tambah Erdogan.

Turki sendiri adalah negara NATO. Tapi, tidak seperti banyak kebanyakan negara anggota, Istambul tidak mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris internasional.

Sejak gencatan senjata tujuh hari berakhir Jumat lalu, angka warga Gaza yang tewas akibat serangan Israel makin bertambah. Saat ini, dihitung dengan awal serangan 7 Oktober, sudah Leih dari 15.500 warga sipil meregang nyawa.

AS Sebut Hamas Langgar Gencatan Senjata

Gedung Putih mengatakan Hamas melanggar perjanjian untuk membebaskan lebih banyak sandera perempuan. Menurut kantor Presiden AS itu, hal ini menjadi penyebab gagalnya gencatan senjata selama seminggu dengan Israel pada hari Jumat.

“Penolakan Hamas itulah yang menyebabkan berakhirnya perjanjian penyanderaan, dan karenanya berakhirnya jeda permusuhan,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan

AS pun kembali membela Israel dengan mengatakan terlalu dini menilai apakah Israel telah memberikan pemberitahuan yang cukup atau melakukan cukup banyak informasi kepada warga sipil Palestina soal serangan baru saat bergerak ke Gaza selatan. Namun AS mengaku telah memperingatkan Israel bahwa warga sipil Israel harus dilindungi.

Israel Bom Lebanon

IDF mengatakan melalui X dan Telegram bahwa mereka telah menembaki Hizbullah di Lebanon dengan “jet tempur IAF”. Pernyataan tersebut dikatakan sebagai respons terhadap serangan Hizbullah dari Lebanon ke Israel pada hari Senin.

“Tentara Israel mengatakan pihaknya menyerang depot senjata Hizbullah di Lebanon selatan sebagai respons terhadap tembakan mortir terhadap posisi tentara,” lapor Al-Jazeera.

Sebelumnya, mengutip Al-Arabiya, Netanyahu mengatakan akan membuat “kehancuran” di Lebanon jika Hizbullah terlalu jauh bertindak. Ia berujar, militer Israel telah aktif berperang dengan kelompok itu dan mengadopsi strategi maksimal di Utara Lebanon.

“Kita akan menghapus sel teror,” tegasnya Minggu.

“Mendorong mereka menjauhi perbatasan dan menghancurkan semua gerakan. Kita akan melanjutkan dengan tanpa keraguan di Utara dan kemenangan total di Selatan,” ujarnya.

“Harus jelas, kami berkomitmen merestorasi keamanan di Selatan dan Utara,” katanya lagi.

“Jika Hizbullah membuat kesalahan dan masuk ke dalam perang sepenuhnya, ini akan menghancurkan Lebanon dengan tangannya sendiri.”

Internet Gaza Terputus

Internet di Gaza dilaporkan berada dalam kondisi “hampir putus total”. Ini dikatakan perusahaan pemantau internet yang berbasis di London, Netblocks, dikutip CNN International.

Operator telekomunikasi besar terakhir yang tersisa di wilayah kantong tersebut, PalTel, juga mengatakan semua layanan telekomunikasi di wilayah tersebut telah terputus sepenuhnya. Hal ini berarti warga sipil Palestina yang terjebak dalam baku tembak dan tidak dapat saling memeriksa atau meminta bantuan.

“Pekerja darurat dan medis juga tidak dapat mengoordinasikan tanggapan mereka,” kata seorang aktivis yang mencoba membantu warga Palestina menghindari pemadaman telekomunikasi.

Hamas Bombardir Gudang Nuklir Israel

Investigasi dilakukan The New York Times. Dilaporkan bahwa kemungkinan roket Hamas berhasil membom gudang nuklir Israel, di basis militer Sdot Micha, dalam serangan 7 Oktober.

Meski tembakan Hamas itu tidak mengenai rudal nuklir secara langsung, hantaman roket memicu kebakaran di basis militer yang menyimpan berbagai persenjataan sensitif tersebut. Serangan di daerah sekitar Sdot Micha ini diketahui dilakukan selama beberapa jam.

“Roket yang kemungkinan besar ditembakkan oleh militan Hamas dalam serangan mereka pada 7 Oktober terhadap Israel menghantam sebuah pangkalan militer Israel, yang menurut para ahli merupakan basis dari banyak rudal berkemampuan nuklir di negara tersebut, menurut analisis visual setelah serangan yang dilakukan oleh The New York,” tulis media itu, dikutip Selasa.

“Israel tidak pernah mengakui keberadaan persenjataan nuklirnya, meskipun para pelapor Israel, pejabat AS, dan analis citra satelit semuanya sepakat bahwa negara tersebut setidaknya memiliki sejumlah kecil senjata nuklir,” tambahnya.

The New York Times awalnya mengidentifikasi hal ini dengan melihat kebakaran yang terjadi dengan menggunakan citra satelit publik NASA untuk mendeteksi kebakaran hutan. Disebut, belum pernah ada kebakaran sehebat itu, sejak tahun 2004.

“Bukti lebih lanjut dari serangan tersebut terdapat dalam citra satelit yang tersedia untuk umum, catatan alarm roket, dan postingan media sosial, yang juga mengungkapkan upaya untuk memadamkan api yang dipicu oleh roket yang jatuh,” muat media AS itu.

“Roket menghantam pangkalan tersebut, yang terletak 25 mil timur laut Gaza dan 15 mil barat Yerusalem, sekitar pukul 10 pagi,” tambahnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Update Perang di Gaza: PBB Beri Warning-Israel ‘Pecah’


(sef/sef) 

Updated: Desember 5, 2023 — 2:50 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *