Jakarta, CNBC Indonesia – Dewan Energi Nasional (DEN) mengungkapkan Indonesia hingga 10 tahun ke depan masih akan bergantung pada energi fosil khususnya Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai konsumsi energi final yang mendominasi.
Dalam catatan DEN, BBM masih mendominasi konsumsi energi final yang mana di tahun 2022 lalu hingga 10 tahun mendatang diproyeksikan masih akan tinggi.
DEN memproyeksikan konsumsi BBM hingga tahun 2033 mendatang mencapai 113 juta Tonne Of Equivalent (TOE) yakni dengan skenario Hymne atau dengan penerapan kebijakan eksisting. Sedangkan sebanyak 96 juta TOE dengan skenario Mars atau dengan penerapan kebijkan menuju Indonesia Emas 2045 dan Net Zero Emission 2060.
“BBM mendominasi konsumsi energi final di tahun 2022 hingga 10 tahun ke depan sehingga pada tahun 2033 konsumsi BBM mencapai 113 juta TOE (Hymne) dan 96 juta TOE (Mars),” tulis Buku Outlook Energi Indonesia 2023, dikutip Kamis (11/1/2024).
Selain itu, rata-rata pertumbuhan konsumsi BBM pada kedua skenario masih terhitung di bawah rata-rata pertumbuhan total konsumsi energi final. DEN memperhitungkan total pertumbuhan konsumsi energi final sebanyak 4% dengan skenario Hymne dan 2,5% dengan skenario Mars.
“Kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya upaya substitusi BBM ke energi listrik, pemanfaatan biodiesel hingga B40 mulai dan etanol E5 serta dimulainya penggunaan hidrogen sebesar 0,045 juta TOE pada sektor transportasi mulai tahun 2031,” ungkap buku itu.
Adapun, pertumbuhan konsumsi energi terbesar berdasarkan jenisnya adalah tumbuhan konsumsi biodiesel dan bioetanol. Masing-masing jenis akan meningkat rata-rata sebesar 7,4%/tahun (Hymne) dan 7,5%/tahun (Mars).
“Dengan adanya peningkatan campuran FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dalam minyak diesel sebesar 40% pada tahun 2025 dan etanol pada bensin sebesar 10% mulai tahun 2025,” beber DEN.
Adapun, Pada tahun 2033 konsumsi energi per region didominasi oleh region Jawa-Bali, namun rata-rata pertumbuhan konsumsi energi di region Jawa-Bali paling kecil dibandingkan region lainnya.
“Sedangkan pertumbuhan konsumsi energi terbesar berada pada region Sulawesi yaitu mencapai 6,9% (Hymne), dan 5,8% (Mars) salah satunya dipengaruhi oleh tumbuhnya industri pengolahan dan pemurnian mineral, terutama di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat,” jelas buku itu.
Artikel Selanjutnya
Beda Harga BBM RI Dengan Tetangga, Ada yang Rp30 Ribu/Liter
(pgr/pgr)