Jakarta, CNBC Indonesia – PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) melalui anak usahanya PT Bumi Suksesindo (BSI) melirik potensi kerja sama dengan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri. Salah satunya pabrik smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur.
Direktur PT BSI Riyadi Effendi mengatakan potensi kerja sama ini untuk menyerap bijih tembaga tambang bawah tanah (underground mining) di Tujuh Bukit di Banyuwangi yang diproyeksikan mulai berproduksi pada 2027 mendatang.
“Kalau tembaga itu kita akan kerja sama dengan smelter yang sudah ada di Indonesia, PTFI atau Amman Mineral. Ini yang di Tujuh Bukit, 2024 akan mulai konstruksi, produksi setelah 2-3 tahun atau sekitar tahun 2027,” kata dia ditemui di Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Mengutip bahan paparan perusahaan, berdasarkan hasil Pra-Studi Kelayakan Proyek Tembaga Tujuh Bukit yang diumumkan pada kuartal dua, menunjukkan potensi proyek ini untuk menjadi tambang bawah tanah kelas dunia, dengan total kapasitas produksi 24 juta ton bijih per tahun dan dapat memberikan produksi maksimal 112 ribu ton tembaga dan 366 ribu ounce emas dalam konsentrat per tahun.
Sebelumnya, Chief of External Affairs PT Merdeka Copper Gold Tbk, Boyke Poerbaya Abidin menyampaikan keberlangsungan produksi dari open pit Tambang Emas Tujuh Bukit akan selesai pada 2026 mendatang. Kelak, perusahaan akan beralih dengan menggenjot cadangan mineral di bawah tanah (underground mining).
Menurut Boyke, apabila di area tambang open pit sebelumnya terdapat kandungan emas dan perak, maka untuk tambang bawah tanah yang akan digarap itu lebih banyak mengandung mineral jenis tembaga dan ikutan emas.
“Berdasarkan studi kelayakan yang kita lakukan sebelumnya, itu akan berakhir 2026. Kemudian nanti kita akan lanjutkan dengan proyek underground sendiri untuk tembaganya. Itu yang ada potensi di area Tujuh Bukit. Jadi setelah tambang emas, kita akan lanjutkan ke tambang tembaga,” kata Boyke, Jumat (8/9/2023).
Boyke menyebut proyek tambang tembaga ini telah menelan biaya hingga mencapai US$ 150 juta. Ia pun memprediksi kebutuhan dana untuk pengerjaan proyek ini akan semakin besar kedepannya.
“Capex untuk pekerjaan underground ini, yang jelas sekarang aja sampai hari ini sudah sampai US$ 150 juta-an. Kedepannya kita juga membutuhkan Capex yang cukup besar,” ujarnya.
Artikel Selanjutnya
Merdeka Copper (MDKA) Terbitkan Obligasi Rp 2,55 T
(pgr/pgr)