Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin disebut “geram” dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Ini terjadi ketika Jenderal Pentagon itu mengetahui bahwa Israel akan membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, di detik-detik terakhir.
Hal ini terungkap dari laporan laman Israel sendiri, Jerusalem Post, Minggu. Merujuk sumber anonim, Austin disebut “sangat marah” karena kurangnya pemberitahuan yang diberikan Gallant kepadanya.
“Austin dan Gallant telah berbicara melalui telepon lebih dari 125 kali sejak dimulainya perang Israel-Hamas tahun lalu,” kata surat kabar itu dilansir Senin (30/9/2024).
“Kepala pertahanan AS pada dasarnya kehilangan kendali dengan Gallant atas pembunuhan Nasrallah dan pemberitahuan singkat yang diberikan,” tambahnya.
Hal sama juga dibuat situs berita Axios. Menurut sumber Axios, Gallant meminta Austin untuk mengeluarkan pernyataan publik guna mencegah Iran melancarkan serangan balasan terhadap Israel setelah kematian Nasrallah.
“Nasrallah adalah orang jahat, tetapi sangat membuat frustrasi bahwa Israel melakukan ini tanpa berkonsultasi dengan kami dan kemudian meminta kami untuk membersihkan diri dalam hal menghalangi Iran,” kata seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya.
Meski begitu, Austin dikatakan tetap mengikuti permintaan Israel. Di mana AS akhirnya mengeluarkan komentar yang berkomitmen membela Negeri Zionis itu.
“Pentagon mengatakan bahwa Austin menekankan bahwa Amerika Serikat bertekad untuk mencegah Iran dan mitra serta proksi yang didukung Iran mengeksploitasi situasi atau memperluas konflik,” muat laman itu.
“Menteri menjelaskan bahwa Amerika Serikat tetap bersikap untuk melindungi pasukan dan fasilitas AS di kawasan tersebut dan berkomitmen untuk membela Israel,” pernyataan tersebut berlanjut.
Nasrallah terbunuh hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak proposal gencatan senjata yang dibuat oleh AS dan Prancis. Proposal itu meminta Israel untuk menghentikan serangannya terhadap Lebanon selama 21 hari untuk memungkinkan perundingan antara Yerusalem Barat dan Hizbullah.
Next Article
AS Bangun Dermaga Di Lepas Pantai Gaza Untuk Datangkan Bantuan